Titrasi merupakan metode analisa kimia secara kualitatif untuk  penentuan kadar (konsentrasi) suatu larutan dengan larutan lain yang telah diketahui konsentrasinya. Larutan yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “analit”, sedangkan larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “larutan standar atau titer”.

Larutan standar primer adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dengan pasti. Larutan standar sekunder adalah larutan yang dibuat seadanya (tidak seteliti primer) dan kadar diketahui setelah dilakukan titrasi terhadap larutan standar primer atau proses pembakuan.

Syarat larutan standar primer, yaitu:

  • Harus 100% murni
  • Zat tersebut harus stabil baik pada suhu kamar ataupun pada waktu dilakukan pemanasan, standart primer biasanya dikeringkan terlebih dahulu sebelum ditimbang.
  • Mudah diperoleh
  • Biasanya zat standart primer memiliki Masa molar (MR) yang besar hal ini untuk memperkecil kesalahan relative atau eror pada waktu proses penimbangan. Menimbang zat dalam jumlah besar memiliki kesalahan relative yang lebih kecil dibanding dengan menimbang zat dalam jumlah yang kecil.
  • Zat tersebut juga harus memenuhi persyaratan teknik titrasi.

Pada dasarnya, tujuan titrasi dilakukan untuk menentukan titik equivalent, yaitu titik dimana titrasi mencapai setara secara stoikiometri. Tapi menentukan titik equivalent itu hampir tidak mungkin karena sangat sulit. Oleh karena itu titrasi diakhiri dengan titik akhir titrasi, yaitu titik dimana proses titrasi diakhiri, ditandai dengan indikator sehingga mudah dilihat secara manual. Mengapa titik akhir titrasi menjadi acuan telah berakhirnya proses titrasi padalah yang menjadi tujuan adalah titik equivalent? Itu dikarenakan titik akhir titrasi tercapai ketika titik equivalent telah terlewati. Maka dari itu, jarak antara titik equivalent dan titik titrasi tidak boleh terlalu jauh sebab akan mempengaruhi hasil akhir titrasi.

Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengindikasikan titik akhir dalam reaksi; titrasi biasanya menggunakan indikator visual (larutan reaktan yang berubah warna). Indikator adalah senyawa yang sensitif (berubah warna) pada saat analit habis atau pada saat titran berlebih. Dalam titrasi asam-basa sederhana, indikator pH dapat digunakan, sebagai contoh adalah fenolftalein, di mana fenolftalein akan berubah warna menjadi merah muda ketika larutan mencapai pH sekitar 8.2 atau melewatinya. Contoh lainnya dari indikator pH yang dapat digunakan adalah metiljingga, yang berubah warna menjadi merah dalam asam serta menjadi kuning dalam larutan alkali.

Tidak semua titrasi membutuhkan indikator. Dalam beberapa kasus, baik reaktan maupun produktelah memiliki warna yang kontras dan dapat digunakan sebagai “indikator”. Sebagai contoh, titrasi redoks menggunakan potasium permanganat (merah muda/ungu) sebagai peniter tidak membutuhkan indikator. Ketika peniter dikurangi, larutan akan menjadi tidak berwarna. Setelah mencapai titik ekivalensi, terdapat sisa peniter yang berlebih dalam larutan. Titik ekivalensi diidentifikasikan pada saat munculnya warna merah muda yang pertama (akibat kelebihan permanganat) dalam larutan yang sedang dititer.

Berikut ini adalah syarat-syarat titrasi:

  • Reaksi kimia antar analit dan titrant diketahui dengan pasti dan jelas produk-produk apa yang akan dihasilkan nantinya. Mana reaktan dan produk apa yang akan dihasilkan harus jelas dan pasti
  • Reaksi harus berjalan dengan cepat
  • Harus ada sesuatu yang bisa menandakan atau mengindikasikan bahwa reaksi antara analit dengan titrant sudah equivalent secara stoikiometri, baik itu dengan perubahan warna, perubahan arus listrik, perubahan pH, dengan penambahan indicator atau apapun yang bisa digunakan untuk mengamati perubahan tersebut.
  • Reaksi kimia antar analit dan titrant diketahui dengan pasti dan jelas produk-produk apa yang akan dihasilkan nantinya. Mana reaktan dan produk apa yang akan dihasilkan harus jelas dan pasti
  • Reaksi harus berjalan dengan cepat
  • Harus ada sesuatu yang bisa menandakan atau mengindikasikan bahwa reaksi antara analit dengan titrant sudah equivalent secara stoikiometri, baik itu dengan perubahan warna, perubahan arus listrik, perubahan pH, dengan penambahan indicator atau apapun yang bisa digunakan untuk mengamati perubahan tersebut.

Adapun jenis-jenis titrasi, yaitu:

  • Asam Basa
  • Pembentukan kompleks
  • Pengendapan (Precipitasi)
  • Oxidasi/reduksi

Peralatan yang digunakan untuk melakukan proses tirasi diantaranya adalah:

  • Buret

Digunakan untuk tempat larutan standar, biasanya yang dipakai berskala 50 mL, skala 0 terletak diatas dan 50 dibawah, sebelum dipakai ada baiknya buret dibersihkan dengan larutan K2Cr2O7, kemudian bilas dengan aquades.

  • Erlenmeyer

Tempat analit diletakkan, gunakan Erlenmeyer ukuran sedang 250 mL untuk proses titrasi sebab Erlenmeyer ukuran ini enak dipegang dang kita lebih leluasa untuk megocok Erlenmeyer.

  • Pipet

Alat untuk mengambil indicator, ingat 1 pipet volumenya kira-kira 1 mL.

  • Statif

Alat untuk meletakkan buret agar bisa berdiri tegak, sebelum meletakkan buret ke statis ada baiknya dilapisi dengan kertas atau tisu agar pegangan statis tidak langsung kena dinding luar buret.

  • Labu Ukur

Digunakan untuk membuat larutan standar.

  • Pipet Ukur

Digunakan untuk mengambil larutan analit dengan volume tertentu misalnya 10 mL, 20 mL.

  • Karet Penghisap

Alat ini digunakan untuk menghisap larutan pada waktu kita mengambil larutan dengan menggunakan pipet ukur